Pages - Menu

Sabtu, 05 April 2014

MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN


MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN( Dosen H. Abbas Saleh, SE.MS,i )

1.      Kemiskinan
        Negara-negara berkembang telah jatuh ke dalam lingkaran setan kemiskinan, Nurkse mengatakan : menempatkan suatu Negara miskin terus menerus dalam suasana kemiskinan, misalnya simiskin mungkin tidak cukup makan, karena kurang makan, maka kesehatannya menjadi lemah, kelemahan fisiknya menyebabkan bahwa ia tidak cukup makan lagi, dan seterusnya.
       Dasar lingkaran setan ini berasal dari fakta bahwa di dalam Negara-negara berkembang produktivitas total adalah rendah karena kekurangan modal, ketidak sempurnaan pasar, keterbelakangan ekonomi. Produktivitas yang rendah terlihat dalam rendahnya pendapatan rill, Tingkat pendapatan rill yang rendah berarti tingkat seving rendah, mengakibatkan tingkat investasi yang rendah dan  kekuarangan modal. Dan sebaliknya kekurangan modal menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah dengan demikian lengkaplah sudah lingkaran setan itu dari segi supply.
         Lingkaran setan lain menguatkan dan berjalan bersama dengan lingkaran setan diatas, dari segi demand lingkaran itu adalah sebagai berikut : Tingkat pendapatan rill yang rendah mengakibatkan rendahnya permintaan dan sebaliknya menyebabkan rendahnya tingkat investasi dan karena itu menimbulkan lagi kekuarangan modal dan produktivitas rendah.
       Lingkaran setan yang ketiga terdapat dalam keterbelakangan sumber-sumber alam dan manusia. Penyumbangan sumber alam tergantung pada kapasitas produkstif rakyat Negara itu, jika penduduk terkebelakang dan buta huruf, sehingga tidak memiliki keterampilan teknis, pengetahuan dan kewiraswastaan, maka sumber alam tetap tidak dimanfaatkan/kurang dimanfaatkan, sebaliknya secara ekonomis terkebelakang karena sumber-sumber alam tidak dikembangkan, karena sumber-sumber alam tidak dikembangkan, karena sumber alam tidak/kurang dikembangkan merupakan hal kurang baik sebagai konsekwensi maupun sebab dari rakyat yang terkebelakang.
      Jadi kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi adalah sama sebuah Negara adalah miskin karena Negara itu terkebelakang. Sebah Negara terkebelakang karena Negara itu miskin dan tetap terkebelakang, karena Negara itu memiliki sumber yang terkutuk tetapi kutukan yang lebih pedas adalah bahwa kemiskinan bersifat kekal. Dalam memperoleh gambaran secara garis besar atas masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan di Negara-negara berkembang. Kita telah memahami bahwa perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah dan distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolute, pemahaman terhadap kadar dan jangkauan distribusi pendapatan merupakan landasan dasar bagi setiap analisis masalah kemiskinan di Negara-negara yang berpendapatan rendah.
       Salah satu generaliasi(anggapan sederhana) yang paling sahih mengenai penduduk miskin adalah bahwasanya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungan dengan sektor tradisional tersebut, sebagai contoh telah diketahui bahwa sekitar dua pertiga penduduk miskin di Negara-negara berkembang masih menggantungkan hidup mereka dari pola pertanian yang subsisten, baik sebagai petani kecil atau buruh tani yang berpenghasilan rendah, selanjutnya sepertiga penduduk miskin lainnya kebayakan juga tinggal di pedesaan dan mereka semata-mata mengandalkan hidupnya dari usaha-usaha jasa kecil-kecilan dan sebagaian kampung kumuh dipusat kota dengan berbagai macam mata pencaharian rendah seperti penyapu jalan, pedagang asongan, kuli kasar dll. Dapat disimpulkan bahwa Negara Afrika dan Asia sekitar 80% hingga 90% kelompok miskin bertempat tinggal di pedesaan, sedangkan di Amerika latin mencapai 50%. Untuk itu kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengurangi kemiskinan harus diarahkan langsung kepada pembangunan desa pada umumnya dan sektor-sektor pertanian pada umumnya. Bukan tercurah ke daerah-daerah perkotaan dan berbagai sektor ekonominya yakni sektor industry modern dan komersial lainnya.
2.      Distrubusi Pendapatan
        Badan Riset dan Bank Dunia dan Institute of Development Studies dari Universitas Sussex telah mengadakan usaha bersama untuk mengadakan serentetan analisa mengenai distribusi pendapatan dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang. Di antara analisa tersebut adalahAnalisa Ahluwalia yang memberikan gambaran mengenai keadaan distribusi pendapatan. Di beberapa Negara pada beberapa tahun dan pengaruh pembangunan ekonomi terhadap distribusi pendapatan berikut ini diringkaskan hasil-hasil dan studi tersebut.
        Mengenai keadaan distribusi pendapatan di beberapa Negara, analisanya memberikan gambaran mengenai distribusi pendapatan relative maupun distribusi pendapatan mutlak. Yang dimaksud dengan distribusi pendapatan relative adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan. Dan penggolongan ini didasarkan kepada besarnya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan distribusi pendapatan mutlak adalah persentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari padanya.
       Untuk menggambarkan distribusi pendapatan relative di beberapa Negara, Ahluwalia menggolongkan penerima-penerima pendapatan dalam tiga golongan yaitu 40 persen penduduk yang menerima pendapatan paling rendah, 40 persen penduduk pendapatan menengah dan 20 persen penduduk berpendapatan paling tinggi. Sebenarnya di beberapa Negara berkembang distribusi pendapatan penduduknya tidak seburuk seperti yang dinyatakan diatas. Dengan membedakan Negara-neghara berkembang menjadi dua golongan yaitu golongan yang distribusi pendapatannya lebih merata dan golongan yang distribusi pendapatannya sangat tidak merata, maka ternyata bahwa gambaran mengenai  distribusi pendapatan di Negara-negara ini sangat berbeda sekali dengan yang dinyatakan diatas. Penyelidikan Ahluwalia menunjukkan bahwa di segolongan Negara-negara berkembang 40 persen penduduk yang berpendapatan paling rendah 18 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Dan sebaliknya di segolongan Negara lainnya 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah menerima 9 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Jadi ternyata di antara Negara-negara berkembang terdapat Negara-negara yang distribusi pendapatannya lebih baik pada distribusi pendapatan rata-rata di Negara-negara maju. Akan tetapi sebaliknya pula terdapat Negara-negara berkembang yang masalah ketidak merataan pendapatan mereka sangat serius.
3.      Pengangguran
        Dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di Negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi ekonomi tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk oleh karenanya masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Walaupun para ahli ekonomi telah menyadari bahwa masalah pengangguran di Negara-negara miskin  keadaan semakin memburuk.
           Pengangguran-pengangguran tersebar diberbagai daerah yaitu mereka terdapat di daerah-daerah urban maupun di daerah pedesaan. Di daerah-daerah pedesaan pengguran yang terjadi biasanya dibedakan dalam dua pengertian: pengangguran tersembunyi dan pengangguran musiman. Pengangguran tersembunyi biasanya diartikan sebagai golongan tenaga kerja yang produktivitasnya batasnya adalah nol atau negative, sehingga walaupun mereka berkerja usaha mereka tersebut tidak akan menaikkan produksi. Sedangkan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu yaitu  pada bulan-bulan di mana kegiatan pertanian atau kegiatan produksi lainnya di daerah pedesaan lebih sedikit dilakukan dibandingkan dengan pada masa-masa lainnya
4.      Bantuan Luar Negeri.
          Aliran modal luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut: pertama ia merupakan aliran modal yang bukan di dorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan kedua dana tersebut diberikan kepada Negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional. Berdasarkan dari dua ciri tersebut, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian(grant) dan pinjaman luar negeri(loan) yang diberikan oleh pemerintah Negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus di bentuk untuk memberikan pinjaman semacam ini, seperti Bank Dunia. Bank Pinjaman Pembangunan Asia dan sebagainya Aliran modal dari luar negeri lainnya yaitu pinjaman dari perusahaan-perusahaan swasta dan badan-badan keuangan swasta dan penanaman modal asing tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri.
        Pemberian merupakan suatu bantuan penuh dari Negara donor kepada Negara penerima. Karena Negara penerima tidak diwajibkan untuk membayar kembali atau melakukan balas jasa lain sebagai imbalan kepada pemberian tersebut. Sedangkan pinjaman luar negeri yang berasal dari pemerintah dan badan-badan internasional yang dijelaskan diatas bukanlah bantuan penuh karena Negara penerima mempunyai kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga atas pinjaman tersebut. Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman Luar negeri terkandung kepada syarat-syarat pembayaran kembali dari bantuan tersebut, yaitu tergantung kepada tenggang waktu(grace priod) dan tingkat bunga dari bantuan yang diberikan. Unsur bantuan yang terkandung dalam suatu pinjaman luar negeri bertambah tinggi dan ia dinamakan sebagai pinjaman bersyarat ringan(soft loan) apabila tenggan waktu bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan tingkat bunganya bertambah rendah. Apabila syarat-syarat tersebut adalah sebaliknya yaitu tenggang waktu dan jangka masa pembayaran kembali adalah relative singkat dan bunga relative tinggi, maka pinjaman luar negeri itu tergolong sebagai pinjaman bersyarat berat(hard loan).
       Bentuk syarat-syarat bantuan yang diberikan kepada suatu Negara berkembang tergantung kepada faktor-faktor ekonomi maupun politik, seperti tingkat pendapatan perkapita, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan perdagangan luar negeri dari Negara-negara pemberi dan penerima bantuan, jenis bantuan. Oleh karenanya sesuatu Negara donor pada umumnya memberikan syarat-syarat yang berbeda kepada setiap Negara. Walaupun demikian secara umum dapatlah dikatakan bahwa semakin miskin sesuatu Negara dan semakin rumit masalah pembangunan yang dihadapi, semakin ringan syarat-syarat bantuan yang diberikan padanya.
5.      Penanaman Modal Asing.
     Dari uraian-uraian terdahulu telah dapat disimpulkan bahwa masalah kekurangan dana untuk pembentukan modal bukan saja dihadapi oleh sektor pemerintah tetapi juga oleh sektor sewasta. Di Negara-negara berkembang kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan oleh pihak swasta masih mempunyai kemungkinan untuk berkembang lebih laju lagi apabila tersedia lebih banyak modal dan terdapat kemampuan untuk menggunakan tambahan modal itu secara lebih efektif. Seperti juga dengan yang berlaku disektor pemerintah. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memasukkan modal dari luar negeri, terutama dari Negara-negara maju. Walaupun mempunyai peranan yang sama seperti bantuan luar negeri yang diterima oleh sektor pemerintah, modal luar negeri digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri, ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal asing adalah sama dengan yang berlaku di pasar internasional. Apabila modal tersebut berupa pinjaman maka tingkat bunganya adalah tidak berbeda dengan yang berlaku di pasar internasiona. Dan apabila modal tersebut berupa penanaman modal, maka keuntungan yang akan diperoleh adalah bebas untuk dikirim kembali ke Negara-negara asal modal tersebut, yaitu sesuai dengan cara pembayaran keuntungan yang pada umumnya dilakukan atas penanaman modal asing di Negara-negara maju. Berdasarkan kepada hal ini dapatlah dikatakan bahwa pada umumnya pihak swasta dinegara-negara maju meminjamkan dan menanaman modalnya ke Negara-negara berkembang bukan atas dasar keinginan untuk memberi bantuan tetapi untuk memperoleh keuntungan dari padanya. Oleh karena aliran modal tersebut, walaupun membantu Negara-negara berkembang mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing berarti memegang peranan yang sama seperti bantuan luar negeri, tidak dapat dipandang sebagai bantuan luar negeri. Berdasarkan kepada sifat-sifatnya, modal asing swasta yang mengalir dari Negara-negara maju ke Negara-negara berkembang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu Penanaman modal langsung(direct foreign investment), Penanaman modal portofolio(portofolio investment) dan Pinjaman eksport(export credit).
6.      Pemerataan Pembangunan
        Pembangunan Ekonomi Indonesia pada era Orde Baru, sebagai suatu kebijaksanaan pemerintah pada saat itu, untuk mencapai pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia, ditetapkan langkah-langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi menurut jalur-jalur yang disebut “Trilogi Pembangunan” yaitu :
1.      Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2.      Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3.      Terpeliharanya Stabilitas ekonomi yang makin mantap dan dinamis.
    Pemerataan pembanguna dan hasil-hjasilnya diusahakan dalam pencapaian antara lain melalui “Delapan Jalur Pemerataan” yaitu :
1). Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan
     sandang dan Papan(Perumahan).
2). Pemerataan pembangian pendapatan.
3). Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
4). Pemerataan kesempatan kerja
5). Pemerataan kesempatan berusaha
6). Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
     generasi muda dan wanita.
7). Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8). Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
         Dengan pemerataan ini ditujukan untuk terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat           dan bangsa Indonesia. Dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat bangsa Indonesia.
7.      Dualisme dalam beberapa Aspek Kegiatan Ekonomi
          Sebelum Peran Dunia ke II, Perekonomian di Negara-negara berkembang, suatu keadaan dimana perkembangannya tidak mengalami perkembangan yang diharapkan untuk dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terus menerus. Pembangunan ekonomi di Negara-negara berkembang, mengalami masalah karena timbulnya beberapa jenis dualisme yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi atau keadaan ekonomi tidak mempunyai sifat yang seragam, secara tegas dualisme tersebut dibedakan dalam dua golongan.
1). Kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang
     bersifat tradisional.
2). Berbagai kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang dikuasai oleh unsur-unsur
     yang bersifat modrn.
Berdasarkan sifat dari keadaan dualisme, maka kita kenal jenis-jenis dualisme :
1.      Dualisme Sosial, yaitu di dalam masyarakat mungkin terdapat dua sitem sosial yang berbeda, misalnya sistem sosial yang berasal dari luar(import) dan juga berlaku sistem sosial pribumi.
2.      Dualisme Teknologi yaitu, suatu keadaan dimana di dalam suatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda coraknya sehingga mengakibatkan perbedaan produktivitas.
3.      Dualisme Financial, yaitu dinegara berkembang, di dalam masyarakat terdapat dua golongan yaitu terdapat pasar uang yang memiliki organisasi dan terdapat pula pasar yang tidak terorganisir.
4.      Dualisme Regional, yaitu Keadaan di dalam masyarakat adanya ketidak seimbangan diantara tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu Negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar