AGAMA IBRAHIM
Islam ini agama Nabi Muhammad ataukah agama Ibrahim ? Wah, pertanyaan ini bisa di salah Tafsirkan , seakan-akan membandingkan -bandingkan Nabi Muhammad dengan Nabi Ibrahim. Padahal keduanya adalah sesama Rasul Allah yang di utus untuk menyampaikan ajaran Agama tauhid yang sama : Islam .
Bahkan, beliau berdua itu sebenarnya masih dalam satu garis keturunan. Nabi Ibrahim adalah kakek moyang Nabi Muhammad, lewat garis keturunan Nabi Ismail , yang putra kesayangan Nabi Ibrahim.
Jadi Agama Islam ini adalah agama yang dibawa Nabi Ibrahim yang kemudian diteruskan putra-putra beliau yang kebanyakan Nabi , yang berasal dari keturunan istri ke duanya Sitti Hajar – ada 2 Rasul, yaitu Ismail AS, Muhammad SAW, yang tinggal disekitar Mekkah sedangkan yang berasal dari istri pertamanya –Sarah-adalah Ishak, Yakub, Yusuf, Daud , Sualiman, Musa dan seterusnya sampai Isa yang berada disekitar Palestina
Karena itu Allah berkali-kali mengatakan didalam firmannya bahwa Agama yang kita anut ini adalah keluarga Nabi Ibrahim
QS.Ibrahim(14):37
ya Tuhan kami , sesungguhnya aku telah menumpahkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau ( Baitullah ) yang di hormati, ya Tuhan kami ( Yang demikian itu ) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan mudah-mudahan mereka bersyukur .
Sedangkan Nabi Muhammad adalah penerus tugas kerasulan Nabi Ibrahim , yang paling akhir. Tidak adalagi Nabi sesudah beliau. Beliau meneruskan tugas untuk menegakan tauhid . dan paling utama adalah menegakkan makna shalat dalam arti yang sebenarnya, dalam kehidupan umat manusia.
QS.AL Mukminuun(23):32
Lalu kami utuskan kepada mereka,seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri ( yang berkata): ``sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya) ‘’.
QS.AL Mukminuun (23):44
Kemudian kami utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul kami berturut turut. Tiap-tiap seorang Rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.
Begitulah Allah mengutus para Rasul secara berturut-turut kepada setiap umat. Dan Nabi Muhammad SAW adalah Rasul akhir zaman,penutup para Nabi . Kewajiban para Rasul itu adalah `` sekedar menyampaikan dan memberikan keteladanan ’’ . Tidak ada hak yang lebih jauh dari pada itu .
Jadi tugas semua Rasul mulai dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad adalah menyampaikan risalah kepada manusia dengan jelas-jelasnya. Kemudian memberi contoh keteladanan dalam hidupnya tentang ajaran yang mereka bawa.
Maka dalam konteks ini , Allah mengatakan bahwa semua Rasul memberikan keteladanan yang bermanfaat buat manusia.
QS.An Nahl(16):120
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat di jadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),
QS.AL Ahzab (33):21
Sesungguhnya sudah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang –orang mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan ) arti kiamat dan banyak menyebut Allah,
QS.AL Mumthahanah(60):6
Sesungguhnya pada mereka itu ( Ibrahim dan umatnya ) ada teladan yang baik bagimu,(yaitu)bagi orang yang mengharap (pahala) Allah (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling maka sesungguhnya, Allah dialah yang maha kaya lagi terpuji
Ketiga ayat diatas memberikan ayat diatas keteladanan itu bisa datang kepada siapa saja,yang memang memiliki kualitas seorang “ hamba Allah ” pada diri Nabi Ibrahim ada keteladanan. Pada diri Nabi Muhammad juga ada keteladanan . Bahkan pada umat Nabi Ibrahim pun terdapat keteladanan.
ISLAM BUKAN ARAB
Ada beberapa kawan yang terjebak pada persepsi ,bahwa islam identik dengan Arab. Sesorang di atakan sudah islami jika telah menampilkan simbol-simbol budaya yang bersifat Arabiyah misalnya berbahasa , berpakain dan berbagai kebiasaan yang di lakukan oleh bangsa Arab. Hal ini sebenarnya tidak di perintahkan dalm firman-firman Allah di dalam Al-Quran sebab, Rasurullah SAW di utus Allah membawa nilai nilai universal kemanusian untuk semua umat manusia berbagai bangsa yang memiliki budaya yang berbeda-beda
Q.S Fushilat ( 41 ) : 44
Dan jikalau kami jadikan Al-quran itu suatau bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan : `` Apakah ( patut Al-Quran ) dalam bahasa asing, sedang ( Rasul adalah orang ) Arab ‘’ ? katakanlah : `` Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman . Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan , sedang Al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka . Mereka itu ( seperti ) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh ‘’ .
Ayat diatas menjelaskan bahwa Al-Quran memang diwahyukan dalam bahasa Arab, tetapi untuk disampaikan kepada orang-orang yang tidak hanya berbahasa Arab ( Ummul Qura`-Mekkah ) tetapi negeri-negeri sekelilingnya diayat yang berikutnya bahkan dengan jelas Allah memberikan gambaran secara retorika, bahwa Al-Quran ini diturunkan dengan bahasa Arab karena Nabi yang diutusnya adalah seorang manusia yang berbahasa Arab. `` Apakah patut Al-Quran selain berbahasa Arab , padahal Nabi nya adalah orang Arab ‘’ ? : begitu kata Allah dengan ayat tersebut .
Lebih jauh , dalam berbagai firmannya Allah sering menggunakan ungkapan Yaa Ayyuhannas – wahai sekalian manusia ketika berfirman. Ini menunjukkan bahwa wahyu ini disampaikan pada manusia seluruhnya . Bukan hanya pada bangsa tertentu . Allah telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa . tersebar diseluruh benua di muka bumi. Dengan bahasa dan kebudayaan yang beraneka ragam .
Islam mengajarkan nilai-nilai Universal . karena itu kita jadi bisa memahami makna nyata berikut ini bahwa Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya bagi mereka yang berbahasa Arab.
Bahkan bukan hanya bagi orang muslim. Bukan hanya bagi orang mukmin . Dan, juga bukan hanya bagi orang-orang muttaqin. Tetapi, bagi seluruh alam . Ya, ayatnya bukan berbunyi Rahmatan lill muslimin , atau rahmatan lill mu`minin atau rahmatam lill muttaqin , melainkan rahmatan lill alamin.
Bahkan ajaran islam ini justru dimasukkan untuk menjadikan orang yang belum islam menjadi islam . Orang yang beriman belum beriman menjadi beriman , orang yang belum bertaqwa menjadi bertaqwa orang yang di dalam kegelapan menjadi tercerahkan .
Nilai-nilai Universal
Islam mengajarkan nilai-nilai Universal bagi manusia . yang terbatasi oleh suku bangsa , budaya, dan peradaban . Islam mengajari manusia agar menjadi manusia karena ternyata banyak manusia yang tidak berperilaku sebagai seorang manusia melainkan seperti hewan atau bahkan lebih rendah lagi .
Islam mengajarkan manusia untuk kembali kepada fitrahnya , sebagai Insan Kamil . Mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah dan alam semesta . Mahluk yang berbudaya dan berperadaban tinggi menjadi khalifah di muka bumi . Pemimpin yang sesungguhnya bagi kelangsungan hidup seluruh mahluk penghuni planet ini .
Inti pelajaran hidup di dalam Al-Quran ditunjukan untuk menciptakan tatanan harmonis dalam kehidupan manusia dalam posisi sebagai mahluk ciptaan Allah .
Disuatu sisi manusia diberitahukan bahwa ya, adalah mahluk ciptaan Allah . Mahluk ibadah disisi lain manusia adalah seorang khalifah yang harus bisa meManage kehidupannya termasuk lingkungan sosisal dan hidupnya .
Karena itu sejak awal Allah menjadikan Adam sebagai khalifah di `` kerajaan bumi ‘’. Ia menjadi pemimpin atas segala yang ada dimuka bumi. Seluruhnya, dicptakan untuk kepentingan manusia. Termasuk langit (atmosfer) berlapis tujuh yang di desain khusus oleh Allah agar bumi bisa di tempati oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Manusia menjadi wakil Allah di muka bumi. Menjalankan `` roda pemerintahan ” kerajaan bumi. Memiliki kekuasaan sepenuhnya untuk mengelola bumi , dalam kolektivitas masyarakat manusia.
Kekhalifahan itu sudah didesain sejak awal penciptaan manusia pertama , Adam. Ini bukan sebuah kebetulan , melainkan suatu kesengajaan jadi turunnya Adam dari tempat Eksklusifnya di Surga ke seluruh muka bumi, bersama anak turunannya adalah sebagian dari skenario besar . Bahwa manusia adalah para Khalifah , alias maneger Bumi atas segala isinya begitulah manusia di desain sebagai mahluk yang memilki 2 dimensi sekaligus . Disuatu sisi sebagai hamba Allah . Disisi lain sebagai pemimpin atas dirinya , masyarakat sosialnya, dan lingkungan hidupnya .
Sebuah posisi unik antara seorang hamba dan pemimpinnya Karena itu manusia memiliki 2 misi , yang tergabung secara simultan . Memakmurkan kehidupan bumi , untuk diabdikan kepada Allah , sang Khalifah sejati. Kita manusia hanyalah wakil Allah dalam skenario besar kehidupan kita sendiri.
Maka dalam konteks ini kita bisa memperoleh gambaran jelas kenapa Allah mengutus Nabi Muhammad sebagi Nabi akhir zaman . Tujuannya adalah menciptakan tatanan masyrakat dunia yang harmonis dalam kesetaraan , keadilan, saling memberikan manfaat dalam bingkai kasih sayang yang sebenar-benarnya . Islam adalah agama Universal yang memuat ajaran-ajaran Universal , bagi manusia yang juga bersifat Universal . Maka inilah agama yang fitrah yang cocok bagi manusia . Yang jika dijalankan dengan benar akan mengantarkan umat manusia seluruhnya berada dalam derajat tertinggi sebagai Khalifatul Fill Ardhi ..
Ibadah
Dalam Ruang Dan Waktu
Manusia diciptakan sebagai mahluk ibadah inilah fitrah kita. Apakah makna ibadah ? ibadah adalah segala aktivitas kehidupan yang orientasi ditunjukkan kepada Allah , Tuhan semesta alam bisa berbentuk apa saja selama berorientasi memperoleh ridha Allah , maka itu disebut Ibadah . Tidak hanya dalam bentuk sholat , zakat, dan haji . Ibadah biasa berupa kegiatan mencari reski, makan, berolahraga , berumah tangga belajar ilmu pengetahuan bahkan sampai tidur pun bisa bermakna ibadah . Selama dikaitkan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengiklaskan ketaatan kepadanya.
Jadi kini kita memperoleh sebuah kesimpulan umum bahwa manusia diciptakan sebagai mahluk ibadah. Terkait dengan Allah sang pengcipta. Tetapi ibadah yang mesti di jalaninya itu bukan untuk Allah ,melainkan untuk dirinya sendiri. Agar dia tidaklah gelisah dalam hidupnya agar tercukupi kebutuhan-kebutuhan dasar yang bakal membawanya pada kebahagian yang di idam-idamkan cuma dalam prakteknya, kebanyakan kita merasa itu bukan sebagai kepentingan kita melainkan sebagai kewajiban dari Allah yang mau tidak mau yang kita harus jalankan. Yang jika tidak di jalankan , Allah marah kepada kita,dan kemudian `` menghadiahkan ” dosa. Sebaliknya jika kita jalankan kita bakal di hadiahi pahala.
Karena pemahaman seperti ini, maka kebanyakan kita melakukan ibadah dengan terpaksa . Sebagai kewajiban belaka. Dan tidak bisa merasakan nikmat yang terkandung dalam ibadah tersebut . Padahal Ibadah adalah sebuah aktifitas yang menghasilkan kebahagiaan yang menjalaninya . Orang yang beribadah akan memperoleh rasa tentram, damai dan bahagia , Jauh dari rasa Khawatir , takut dan gelisah . Kenapa ? karena ia telah bertemu dengan tempat bersandar yang sangat kuat dan kokoh . Yang selalu mendampinginya dalam setiap masalah yang di hadapinya .
Urgensi Ruang dan Waktu
Manusia dan seluruh aktifitasnya tidak lepas dari ruang dan waktu . Seluruh dimensi kemanusiaan kita terikat oleh dimensi ruang dan waktu . Dan, ruang itu berpengaruh terhadap kualitas aktifitas kita . Demikian pula , setiap saat kita terikat oleh pergerakan waktu . Waktu yang berbeda , menjadi penyebab kualitas aktifitas kita berbeda.
Maka dalam melakukan ibadah pun kita mengenal pengaruh ruang dan waktu . Shalat yang dilakukan di tempat yang berbeda memiliki kualitas yang berbeda . Katakanlah di rumah, di masjid , dan di dekat ka`bah . Dampaknya sangat berbeda, begitu pula shalat yang dilakukan siang hari dan malam hari , dampaknya pun berbeda . Kita mengenal waktu-waktu dan tempat yang mustajab dan afdhal.
QS. Al A`raaf ( 7 ) : 205
Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut , dengan dan tidak mengeraskan suara , di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Sekali lagi ,ayat ini menegaskan kepada kita agar memanfaatkan waktu pagi dan petang untuk mendekatkan diri kepada Allah . Tapi penegasan itu lebih mendasar adalah : lakukanlah itu dengan merendahkan diri di hadapan-Nya dan jangan lalai .
Jadi keberadaan kita dalam ruang dan waktu memang akan mempengaruhi kualitas ibadah , tetapi semua itu tidak boleh melupakan kita terhadap hal yang lebih mendasar bahwa kualitas lebih dipengaruhi oleh sikap hati dalam menjalaninya. Kekhusyutan ibadah lebih dipengaruhi oleh kepahaman terhadap keimanan kita , dan kemudian dijalankan dengan penuh ketaqwaan kepada Allah. Ruang dan waktu adalah The second factors yang memberikan `` nilai lebih ’’ terhadap kualitas amalan .
Filosofi Kelenturan Ibadah
Ibadah yang diajarkan Islam sangatlah lentur dalam pelaksanaannya. Ambil contoh , puasa . Seseorang wajib melakukan puasa pada bulan Ramadhan akan tetapi , jika ia berhalangan karena sakit atau bepergian, atau sebab lainnya diijinkan , ia boleh untuk tidak menjalankan puasanya pada bulan Ramadhan . Boleh diganti lain hari .
Bahkan orang-orang yang sudah dianggap sudah tidak sanggup mengganti puasanya , mereka boleh menggantinya dengan memberikan makan pada orang miskin. Misalnya, pada orang-orang yang sudah sangat tua dan tidak bisa berpuasa lagi. Atau wanita-wanita hamil yang takut terganggu kesehatannya , Atau orang-orang yang dinyatakan dokter memiliki kronis tidak tersembuhkan . Demikian pula hal shalat. Seseorang diwajibkan untuk melakukan shalat dengan berdiri . Tetapi jika ia berhalangan , maka secara ushul fiqih ia diperbolehkan melakukan shalat dengan duduk .
jika ia tidak bisa , ia boleh melakukannya dengan berbaring. Jika masih kesulitan, ia boleh melakukan dengan bahasa isyarat yang mungkin dilakukan. Kita juga boleh melakukan shalat sambil berjalan ataupun duduk diatas kendaraan. Misalnya ketika kita sedang di atas pesawat, sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
Bahwa ruang dan waktu menjadi relatif . Tidak mutlak , `` jauh bisa terasa dekat ‘’. Lama bisa terasa cepat . kuncinya adalah kepahaman dan keikhlasan kta didalam beribadah .
Maka, soal ruang dan waktu lentur saja di hadapan Allah. Pada hakikatnya , Dia Cuma ingin melihat dan membuktikan apakah kita beribadah kepada-Nya dengan kesungguhan …? Dan kesungguhan itulah yang bakal mengantarkan dia pada kesuksesan mencapai efek ibadahnya .
Dimana dan kapanpun Bertemu Allah
Kita bisa bertemu Allah kapan saja dan dimana saja . Karena Allah memang sedang meliputi kita. Baik dalam skala waktu , maupun tempat . Dia sedang `` berada ” dimana saja . dan dia sedang berada di waktu kapan saja . Ayat berikut memberikan gambaran
QS. An Isaa` (4) : 126
Kepunyan Allah-lah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi , dan adalah Allah Maha meliputi segala sesuatu .
Di Indonesia bisa ketemu dengan Allah. Di Eropa, Afrika, dan Amerika pun bisa bertemu dengan Allah . Di permukaan Bumi bisa bertemu dengan Allah di luar angkasa bisa bertemu dengan Allah. Lagi berdiam di rumah bisa bertemu dengan Allah , saat naik pesawat antar benua pun bisa bertemu dengan-Nya, pokoknya kita tidak akan kesulitan ketemu Allah.
Tengah malam, dalam shalat Tahajjud, bisa ketemu Allah. Di siang bolong tak kesulitan ketemu Allah . Pagi ,siang, malam tak ada bedanya . Intinya hanya satu . Apakah kita bersungguh-sungguh mau bertemu dengan Allah. Dan lantas , membuka hati dan pikiran kita untuk bertemu dengan-Nya…
Waktu yang mengikat kita itu bersifat relatif . Jadi kita lantas , tidak memutlakkan peranan waktu itu ke dalam setiap ibadah kita secara general . Tergantung dimana kita berada. Bergantung ``kapan’’nya. Karena itu , juga menjadi sangat logis untuk menerapkan fiqih sesuai dengan relatifitas waktu. Disinilah Kesempurnaan Islam. Ia adalah Agama Universal yang sesuai dengan ruang dan waktu dimanapun dan kapanpun kita berada . Substansinya tetap sama dengan esensi yang berbeda . Intinya sama, tapi `` warna’’nya berubah. Tentu saja, tidak sampai keluar dari Koridor petunjuk Allah dari dalam hal Al-Qur`an, yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Misalnya, apakah waktu-waktu shalat di seluruh muka bumi ini harus sama dengan yang terjadi di Arab Saudi atau Indonesia ? begitu pula waktu berpuasanya ? Sementara , anda yang sering bepergian keluar negeri tahu persis bahwa waktu antar berbagai benua bisa jadi sangat ekstrem berbeda . Dan , pada kondisi tertentu tidak mungkin untuk melaksanakan fiqih shalat maupun puasa seperti yang kita lakukan di Indonesia…
TAHAJUD SIANG HARI
DHUHUR MALAM HARI
Islam adalah agama Universal yang memuat ajaran-ajaran Universal buat seluruh manusia di muka bumi . Termasuk mereka yang sedang berjalan ke Luar angkasa sekali pun. Tidak ada kesulitan untuk menjalankan ibadah dalam agama sempurna ini. Yang ada hanyalah kemudahan manusia yang menjalaninya. Siapa saja yang menjalani agama ini akan memperoleh manfaat bagi kehidupannya. Dan barang siapa meninggalkannya , akan menemui berbagai problem kehidupan yang menyengsarakan. Dunia maupun akhirat . Maka, dalam ibadah puasa dan shalat , demikian juga adanya .
Selama ini, ulama terdahulu telah berusaha memformulasikan jadwal shalat dan puasa bagi umat islam di seluruh dunia, dengan kepada Al-Qur`an dan keteladanan Nabi SAW. Telah terbentuknya fiqih , seperti yang telah kita jalani . Kita berterima kasih kepada para guru dan pendahulu kita yang telah bersusah payah menyusun tatacara beribadah , Khususnya shalat dan puasa. Sehingga selama beratus tahun kita telah dimudahkan oleh upaya itu.
Semoga Allah Allah melimpahkan Ridha dan kasih sayangnya kepada mereka sebagai balasan atas jasanya. Namun , kita menyadari bahwa Islam terus menerus menerima rintangan dari masa depan peradaban manusia . Apakah `` formulasi Islam ‘’ yang telah berjalan ratusan tahun ini bisa bertahan , ataukah akan terasing dari realitas sekitarnya ? Ini adalah tugas umat islam yang hidup di masa depan.
Ketika peradaban bertambah maju , ketika perilaku dan kebiasaan manusia terus bergeser , ketika wilayah jangkauannya semakin luas, dan ketika kondisi-kondisi kehidupan berubah drastis , maka kita harus menata kembali kepahaman kita terhadap kepahaman lama. Karena tata cara yang telah kita amalkan ini , boleh jadi disusun terikat pada kondisi zamannya . Ketika zaman berubah maka fiqih itu tidak menemukan realitasnya kembali.
Tapi tentu saja , yang paling penting dan mendasar adalah tetap berpedoman pada Al-Qur`an dan keteladanan Rasulullah SAW. Allah lah yang menuntun kita dalam Al-Qur`an petunjuk buat kehidupan manusia , Dan dalam diri Rasulullah ada Uswatun Khasanah.
Kita harus memberikan terobosan pemikiran agar bisa berlaku universal. Jangan sampai orang memandang islam sebagai agama yang tidak cocok untuk peradaban maju . Tidak cocok untuk orang-orang yang tinggal di negara selain tropis. Tidak cocok untuk orang-orang yang berteknologi modern, dan lain sebagainya.
Sungguh kita akan berdosa besar kalau membiarkan pemikiran seperti ini berkembang di sekitar kita . Tanpa berusaha memberikan solusi atas kekeliruan penafsiran tersebut. Fiqih jadwal shalat dan puasa mulai dipandang seperti itu oleh masyarakat Internasional . Bahwa sembahyangnya orang Islam itu ``merepotkan’’. Bahwa puasanya juga sangat ``memberatkan’’ . Ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang berada di negara - negara sub tropis banyak yang tidak mau masuk islam karena takut puasa 20 jam.
Pemahaman seperti ini tentu saja keliru seringkali kita tidak berintropeksi diri sendiri, kenapa kok ada orang yang berpendapat demikian . Apakah mereka yang tidak paham, ataukah kita tidak tepat memformulasikannya. Ketika orang lain memandang kita seperti itu, pasti ada penyebabnya . Inilah sikap rendah hati yang diajarkan oleh Allah di dalam Al-Qur`an , di teladankan oleh Rasulullah SAW . Dengan cara ini kita bisa memperbaiki kekeliruan dan kelemahan-kelemahan kita sendiri, Sehingga Islam akan tampil sebagai agama yang benar-benar sempurna.
Bukan berarti Islam ini belum sempurna . Islam sudah sempurna sebagaimana telah difirmankan oleh Allah dalam wahyu pentupnya berikut ini ,
QS. Al Maidah (5) : 3
… Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu…
Akan tetapi , kesempurnaan agama ini bisa menjadi `` kurang sempurna ‘’ saat diaplikasikan, karena tertutupi oleh kekurang tepatan kita dalam memahami dan menerapkan. Sangat boleh jadi , Islam akan mengalami kemunduran oleh kepahaman dan perilaku orang Islam sendiri yang tidak tepat dalam menyikapi ajaran sempurna ini.
Masyarakat Internasional telah merumuskan waktu berdasarkan pergerakan bumi , bulan dan matahari . Semua itu adalah ciptaan Allah . Dan memang Allah telah menciptakan benda-benda langit sebagai patokan waktu . Karena itu kita bisa memanfaatkan untuk memformulasikan jadwal ibadah kita . Tentu saja diselaraskan dengan petunjuk dari dalam Al-Qur`an dan keteladanan Nabi SAW. Maka hasilnya memang bisa agak berbeda dengan fiqih yang selama ini kita jalani . Kita menjalani Shalat Tahajud tidak pada `malam hari` , melainkan `siang hari` . Sebaliknya kita juga bisa menjalani shalat dhuhur tidak di siang Hari melainkan pada malam hari.
Karena ternyata yang disebut siang dan malam hari itu menjadi demikian relatif . Berdasar pada pergerakan matahari , yang bergeser dari timur ke barat . Selama ini orang torpis merumuskan siang hari sebagai suasana terang benderang karena adanya matahari di langit . Sedangkan yang disebut malam hari adalah suasana gelap gulita karena matahari sudah tenggelam di bawah horizon wilayah tropis. Karena waktu siangnnya lantas menjadi bisa berbulan-bulan. Demikian pula waktu malamnya.
Kita harus mengkombinasikan patokan waktu yang berdasar pergeseran matahari dengan ukuran waktu sehari semalam . Bahwa yang disebut sehari semalam itu adalah 24 jam. Tidak bisa lebih. Apalagi berbulan-bulan . Maka Al-Qur`an pun memandu pemahaman kita bahwa siang dan malam harus masuk kedalam Frame sehari semalam yang 24 jam.
QS. Israa` (17) : 12
Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang , agar kamu mencari karunia dari tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa yang dinamakan siang dan malam itu hanya ``tanda-tanda’’ saja. Agar kita mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan. Jadi , siang dan malam bukan substansi adalah bilangan tahun , dan perhitungan . Bilangan tahun terjadi karena perputaran bumi terhadap matahari , lamanya 365,25 hari sedangkan 1 hari terjadi karena perputaran bumi pada porosnya sendiri , selama 24 jam.
Ayat ini mendorong kita untuk lebih menggunakan perhitungan dari pada sekedar melihat `` tanda-tanda ’’ berupa siang atau malam hari . Sebab seperti kita tahu meskipun matahari kelihatan terang benderang , kalau saat itu sedang jam 12 malam menurut jam Internasional, ya tetap saja kita sedang berada dimalam hari. Kebanyakan orang di negara sub tropis sedang tidur beristirahat.
Sebaliknya , meskipun matahari sedang tenggelam , langit kelihatan gelap jika saat itu jam 12 siang menurut jam internasional , maka tetap saja itu adalah waktu siang hari. Orang- orang di negara subtropis itu sedang bekerja dan beraktifitas layaknya siang hari. Inilah yang disebut Allah dalam Al-Qur`an bahwa siang dijadikan sebagai waktu untuk bekerja , dan malam dijadikan sebagai waktu untuk beristirahat . Dalam 24 jam yang terjadi di muka bumi sebagiannya pasti berupa siang, dan selebihnya malam hari. Sebagiannya untuk bekerja , sebahagian yang lainnya untuk beristirahat .
QS. Al Qashash (28) : 73
Dan karena rahmat-Nya , dia jadikan untukmu malam dan siang , supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya ( pada siang hari ) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
Itulah yang terjadi di negara-negara 4 musim . Pada musim panas, aktifitas bekerja dan beristirahat tidurnya berjalan seperti layaknya di negara tropis . Siang hari bekerja dan sekolah, malam hari meskipun masih diterangi sinar matahari, ya tetap saja untuk istirahat . Sebaliknya , pada musim dingin, Orang-orang beraktifitas pada `` siang hari ‘‘ yang tanpa matahari dan kemudian beristirahat pada malam hari , yang juga tanpa matahari .
Ya, memang jadi aneh. Karena ada waktu-waktu siang hari yang gelap gulita. Dan , ada waktu-waktu malam hari yang terang benderang. Jika di daerah ini ada orang muslim, maka mereka bakal mengalami waktu `` Shalat yang terbalik-balik ‘’ dibandingkan saudara-saudaranya di daerah tropis. Ya, ketika wilayah itu sedang musim panas , dan matahari terus menyinari bumi tanpa pernah tenggelam, kapankah anda akan shalat Tahajud ?
Apakah menunggu datangnya musim dingin yang gelap ? tentu saja tidak . Kita akan melakukan Shalat Tahajud di `` siang ‘’ itu juga. Sebaliknya, jika musim dingin sedang melanda , langit akan gelap tanpa matahari selama beberapa bulan. Maka kapankah anda shalat dhuhur ? Apakah menunggu datangnya musim panas ? Tentu saja tidak. Kita akan shalat Dhuhur pada `` malam ’’ itu juga .
Jadilah : . . . Shalat Tahajud Siang Hari , Dhuhur Malam Hari . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar