SEX EDUCATION DALAM
PENGAJARAN DI SEKOLAH
www.detiknews.com (18/01/2011) ini: “Kemenkes: 957 Anak Idap HIV. Jumlah lelaki pelanggan seksual dengan PSK di Indonesia mencapai
3.170.000 orang dan perempuan PSK sekitar 214.000 orang (tempointeraktif.com, 28/12-2010). Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Aceh Drs Nasrullah Jakfar MA mengatakan, 55 % remaja di Indonesia
pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Dengan menyimak fenomena di atas , masihkah kita menganggap
Sex Education tidak Urgen untuk remaja maupun usia dini ?
Sex Education sangatlah penting di apikasikan pada
Kurikulum atau Sistem Pendidkan di Sekolah, baik di Tingkatan SD, SMP dan SMA
karena dengan hal tersebut dapat mencegah terjadinya Sex Bebas dan penyakit
menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS di negeri ini, dengan memberikan
Pondasi Pendidikan Sex sejak dini. Namun, Sex Education yang diberikan harus
secara step by step dan continue sesuai dengan aspek karakter, psikologi dan usianya.
Misalnya, untuk siswa SD, Sex Education
di mulai dengan tahap pengenalan, pemeliharan kesehatan organ sex, proses Pubertas dan proses
terjadinya Kehamilan. Siswa SMP, menjelaskan sistem organ sex secara detail,
menjelaskan proses kehamilan dan persalinan dan mengetahui penyakit-penyakit
yang menular akibat Free Sex. Sex Education yang pernah diberikan pada jenjang
SD dan SMP diperdalam dan lebih spesifik pada jenjang SMA sehingga siswa sudah
mengerti dengan sex dan mapan untuk memilah hal-hal yang berdampak Positif dan Negatif
pergaulan dan Sex.
Sex Education tidaklah akan dicerna baik oleh siswa tanpa
adanya peran pengajar yang professional, misalnya pada mata pelajaran Biologi
diharapkan agar pengajar mampu memberikan informasi yang gamblang tentang sex sesuai dengan karakter usia didikannya dengan
penuh tanggungjawab . Terkadang ada
siswa yang merasa canggung, untuk mengatasi psikologi siswa, pengajar dapat
menyelipkan hal-hal yag berbau “lucu dan
atraktif “ kepada siswa untuk mengendalikan
psikologis siswa sehingga mereka merasa nyaman dan fun akan materi yang diberikan. Pihak Sekolah juga dapat menyediakan Bimbingan
Konseling untuk siswa sesuai dengan Jenis Kelamin agar mereka dapat
mengkomunikasikan sesuatu tanpa harus merasa terintimidasi, malu, dan aman .
Orang tua juga tidak kalah penting untuk berperan dalam Sex Education yang
diterima anaknya di sekolah agar dapat dimanifestasikan dalam aspek kediupan
sosial dan lingkungannya . Orang tua adalah pengajar( konselor) yang utama dan
pertama untuk anaknya dan sebagai cotroling
dan onitoring perilaku dan
perkembangan sex sang anak .
Kesimpulannya, Sex education sangatlah penting untuk
diketahui oleh remaja maupun usia dini, di Indonesia sex education sangatlah
tabu untuk diperbincangkan, apalagi kepada remaja maupun anak di usia dini
karena dianggap belum pantas atau tidak sesuai dengan norma kesusilaan, adat,
agama dan culture. Dan orang tua jarang memberi pengetahuan Sex kepada anaknya,
sehingga sang anak tidak mengetahui apa-apa tentang sex dan terkesan tertutup mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan Sex. Justru Faktor tersebutlah sehingga
anak-anak maupun remaja tersesat tidak mengetahui sex, sehingga mereka mencari
sendiri tanpa bekal pengetahuan apa-apa tentang Sex Education akibatnya mereka
tanpa sadar telah terjerumus dalam Free Sex dan menjadi korban “BUTA
SEX” yang sebernanya Urgen namun
ditabukan.
Orang tua dan pendidik memiliki top strategic position untuk mengenalkan dan
memberikan Sex Education
kepada mereka untuk memperbaiki moral generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar