ا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yg menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang2 yg beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang2 yg dzalim selain kerugian.”
Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat
نُنَزِّلُ
“Kami turunkan.” Jumhur ahli qiraah membaca dgn diawali nun dan bertasydid. Adapun Abu ‘Amr membaca dgn tanpa tasydid . Sedangkan Mujahid membaca dgn diawali huruf ya` dan tanpa tasydid . Al-Marwazi juga meriwayatkan demikian dari Hafs.
مِنَ الْقُرْآنِ
“dari Al-Qur`an.” Kata min dlm ayat ini menurut pendapat yg rajih menjelaskan jenis dan spesifikasi yg dimiliki Al-Qur`an. Kata min di sini tdk bermakna “sebagian” yg mengesankan bahwa di antara ayat-ayat Al-Qur`an ada yg tdk termasuk syifa` sebagaimana yg dirajihkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu. Kata min pada ayat ini seperti hal yg terdapat dlm firman-Nya:
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang2 yg beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yg shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi..”
Kata min dlm lafadz مِنْكُمْ tidaklah bermakna sebagian sebab mereka seluruh adl orang2 yg beriman dan beramal shalih.
شِفَاءٌ
“Penyembuh.” Penyembuh yg dimaksud di sini meliputi penyembuh atas segala penyakit baik rohani maupun jasmani sebagaimana yg akan dijelaskan dlm tafsirnya.
Penjelasan Tafsir Ayat
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang kitab-Nya yg diturunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Al-Qur`an yg tdk terdapat kebatilan di dlm baik dari sisi depan maupun belakang yg diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji bahwa sesungguh Al-Qur`an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan kemunafikan kesyirikan penyimpangan dan penyelisihan yg terdapat dlm hati. Al-Qur`an-lah yg menyembuhkan itu semua. Di samping itu ia merupakan rahmat yg dengan membuahkan keimanan hikmah mencari kebaikan dan mendorong utk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yg mengimani membenarkan serta mengikutinya. Bagi orang yg seperti ini Al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat.
Adapun orang kafir yg mendzalimi diri sendiri mk tatkala mendengarkan Al-Qur`an tidaklah bertambah bagi melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Dan sebab ini ada pada orang kafir itu bukan pada Al-Qur`annya. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيْدٍ
“Katakanlah: ‘Al-Qur`an itu adl petunjuk dan penawar bagi orang2 yg beriman. Dan orang2 yg tdk beriman pada telinga mereka ada sumbatan sedang Al-Qur`an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adl orang2 yg dipanggil dari tempat yg jauh’.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيْمَانًا فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ. وَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُوْنَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat mk di antara mereka ada yg berkata: ‘Siapakah di antara kamu yg bertambah iman dgn surat ini?’ Adapun orang2 yg beriman mk surat ini menambah iman sedang mereka merasa gembira. Adapun orang2 yg di dlm hati mereka ada penyakit mk dgn surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafiran dan mereka mati dlm keadaan kafir.”
Dan masih banyak ayat-ayat yg menjelaskan tentang hal ini.”
Al-’Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata pula dlm menjelaskan ayat ini:
“Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tdk berlaku utk semua orang namun hanya bagi kaum mukminin yg membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun orang2 dzalim yg tdk membenarkan dan tdk mengamalkan mk ayat-ayat tersebut tidaklah menambah bagi kecuali kerugian. Karena hujjah telah ditegakkan kepada dgn ayat-ayat itu.
Penyembuhan yg terkandung dlm Al-Qur`an bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat kejahilan berbagai pemikiran yg merusak penyimpangan yg jahat dan berbagai tendensi yg batil. Sebab ia mengandung ilmu yakin yg dengan akan musnah tiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan pemberi nasehat serta peringatan yg dengan akan musnah tiap syahwat yg menyelisihi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di samping itu Al-Qur`an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.
Adapun rahmat mk sesungguh di dlm terkandung sebab-sebab dan sarana utk meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab itu mk dia akan menang dgn meraih rahmat dan kebahagiaan yg abadi serta ganjaran kebaikan cepat ataupun lambat.”
Al-Qur`an Menyembuhkan Penyakit Jasmani
Suatu hal yg menjadi keyakinan tiap muslim bahwa Al-Qur`anul Karim diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala utk memberi petunjuk kepada tiap manusia menyembuhkan berbagai penyakit hati yg menjangkiti manusia bagi mereka yg diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dirahmati-Nya. Namun apakah Al-Qur`an dapat menyembuhkan penyakit jasmani?
Dalam hal ini para ulama menukilkan dua pendapat: Ada yg mengkhususkan penyakit hati; Ada pula yg menyebutkan penyakit jasmani dgn cara meruqyah ber-ta’awudz dan semisalnya. Ikhtilaf ini disebutkan Al-Qurthubi dlm Tafsir-nya. Demikian pula disebutkan Asy-Syaukani dlm Fathul Qadir lalu beliau berkata: “Dan tdk ada penghalang utk membawa ayat ini kepada dua makna tersebut.”
Pendapat ini semakin ditegaskan Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullahu dlm kitab Zadul Ma’ad:
“Al-Qur`an adl penyembuh yg sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah tiap orang diberi keahlian dan taufiq utk menjadikan sebagai obat. Jika seorang yg sakit konsisten berobat dengan dan meletakkan pada sakit dgn penuh kejujuran dan keimanan penerimaan yg sempurna keyakinan yg kokoh dan menyempurnakan syarat niscaya penyakit apapun tdk akan mampu menghadapi selama-lamanya. Bagaimana mungkin penyakit tersebut mampu menghadapi firman Dzat yg memiliki langit dan bumi. Jika diturunkan kepada gunung mk ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan kepada bumi mk ia akan membelahnya. mk tdk satu pun jenis penyakit baik penyakit hati maupun jasmani melainkan dlm Al-Qur`an ada cara yg membimbing kepada obat dan sebab nya.”
Berikut ini kami sebutkan beberapa riwayat berkenaan tentang pengobatan dgn Al-Qur`an.
Di antara adl apa yg diriwayatkan Al-Bukhari Muslim dan lain dari hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.Beliau radhiallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena sihir1 sehingga beliau menyangka bahwa beliau mendatangi istri padahal tdk mendatanginya.
Lalu beliau berkata: ‘Wahai ‘Aisyah tahukah kamu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan permohonanku? Dua lelaki telah datang kepadaku. Kemudian salah satu duduk di sebelah kepalaku dan yg lain di sebelah kakiku. Yang di sisi kepalaku berkata kepada yg satunya: ‘Kenapa beliau?’
Dijawab: ‘Terkena sihir.’
Yang satu bertanya: ‘Siapa yg menyihirnya?’
Dijawab: ‘Labid bin Al-A’sham lelaki dari Banu Zuraiq sekutu Yahudi ia seorang munafiq.’
bertanya: ‘Dengan apa?’
Dijawab: ‘Dengan sisir rontokan rambut.’
bertanya: ‘Di mana?’
Dijawab: ‘Pada mayang korma jantan di bawah batu yg ada di bawah sumur Dzarwan’.”
‘Aisyah radhiallahu ‘anha lalu berkata: “Nabi lalu mendatangi sumur tersebut hingga beliau mengeluarkannya. Beliau lalu berkata: ‘Inilah sumur yg aku diperlihatkan seakan-akan air adl air daun pacar dan pohon korma seperti kepala-kepala setan’. Lalu dikeluarkan. Aku bertanya: ‘Mengapa engkau tdk mengeluarkan ?’ Beliau menjawab: ‘Demi Allah sungguh Allah telah menyembuhkanku dan aku membenci tersebar kejahatan di kalangan manusia’.”
Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dlm Shahih- . Juga dlm Shahih- . Juga diriwayatkan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i sebagaimana yg terdapat dlm Musnad Asy-Syafi’i Al-Asfahani dlm Dala`ilun Nubuwwah dan Al-Lalaka`i dlm Syarah Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah . Namun ada tambahan bahwa ‘Aisyah berkata: “Dan turunlah :
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Hingga selesai bacaan surah tersebut.”
Demikian pula yg diriwayatkan Al-Imam Bukhari rahimahullahu dlm Shahih- dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu beliau berkata:
“Sekelompok2 shahabat Nabi berangkat dlm suatu perjalanan yg mereka tempuh. Singgahlah mereka di sebuah kampung Arab. Mereka pun meminta agar dijamu sebagai tamu namun penduduk kampung tersebut enggan menjamu mereka.
Selang beberapa waktu kemudian pemimpin kampung tersebut terkena sengatan . Penduduk kampung tersebut pun berusaha mencari segala upaya penyembuhan namun sedikitpun tdk membuahkan hasil. Sebagian mereka ada yg berkata: ‘Kalau sekira kalian mendatangi sekelompok orang itu mungkin sebagian mereka ada yg memiliki sesuatu.’
Mereka pun mendatangi lalu berkata: “Wahai rombongan sesungguh pemimpin kami tersengat . Kami telah mengupayakan segala hal namun tdk membuahkan hasil. Apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu? Sebagian shahabat menjawab: ‘Iya. Demi Allah aku bisa meruqyah. Namun demi Allah kami telah meminta jamuan kepada kalian namun kalian tdk menjamu kami. mk aku tdk akan meruqyah utk kalian hingga kalian memberikan upah kepada kami.’
Mereka pun setuju utk memberi upah beberapa ekor kambing3. mk dia pun meludahi dan membacakan atas pemimpin kaum itu Alhamdulillahi rabbil ‘alamin . Pemimpin kampung tersebut pun merasa terlepas dari ikatan lalu dia berjalan tanpa ada gangguan lagi.
Mereka lalu memberikan upah sebagaimana telah disepakati. Sebagian shahabat berkata: ‘Bagilah.’ Sedangkan yg meruqyah berkata: ‘Jangan kalian lakukan hingga kita menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kita menceritakan kepada apa yg telah terjadi. Kemudian menunggu apa yg beliau perintahkan kepada kita.’
Merekapun menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian melaporkan hal tersebut. mk beliau bersabda: ‘Tahu dari mana kalian bahwa itu memang ruqyah?’ Lalu beliau berkata: ‘Kalian telah benar. Bagilah dan berilah untukku bagian bersama kalian’ sambil beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa.”
Adapun hadits yg diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ الدَّوَاءِ الْقُرْآنُ
“Sebaik-baik obat adl Al-Qur`an.”
Dan hadits:
الْقُرْآنُ هُوَ الدَّوَاءُ
“Al-Qur`an adl obat.”
Kedua adl hadits yg dha’if telah dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani rahimahullahu dlm Dha’if Al-Jami’ Ash-Shagir no. 2885 dan 4135.
Fungsi Al-Qur'an
Ada beberapa tujuan diturunkannya Al-Qur'an.
1. sebagai bukti berasal dari Allah SWT. Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur'an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman". (QS. 7/Al-A'rof: 203) Orang kafir beranggapan bahwa Al-Qur'an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw, sehingga apabila wahyu tidak turun, maka mereka meminta kepada beliau untuk mengarang ayat. Tentu saja hal ini merupakan ejekan mereka kepada Nabi Muhammad.
2. sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurot, Zabur, dan Injil. "Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur'an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya." (QS. 35/Fathir: 31)
3. sebagai pelajaran dan penerangan. "Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang jelas." (QS. 36/Ya Sin: 69)
4. sebagai pembimbing yang lurus. "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok, sebagai bimbingan yang lurus." (QS. 18/ Al-Kahfi: 1-2) Yang dimaksud "Dia tidak menjadikannya bengkok" adalah tidak ada dalam Al-Qur'an makna yang berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.
5. sebagai pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. "Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (QS. 45/Al- Jatsiyah: 20)
6. sebagai peringatan. "Al-Qur'an itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam" (QS. 68/Al-Qolam: 52)
7. sebagai petunjuk dan kabar gembira. "Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (QS. 16/An-Nahl: 89)
8. sebagai obat penyakit jiwa. "Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman". (QS. 10/Yunus: 57)
Ada beberapa tujuan diturunkannya Al-Qur'an.
1. sebagai bukti berasal dari Allah SWT. Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan satu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur'an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman". (QS. 7/Al-A'rof: 203) Orang kafir beranggapan bahwa Al-Qur'an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw, sehingga apabila wahyu tidak turun, maka mereka meminta kepada beliau untuk mengarang ayat. Tentu saja hal ini merupakan ejekan mereka kepada Nabi Muhammad.
2. sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurot, Zabur, dan Injil. "Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur'an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya." (QS. 35/Fathir: 31)
3. sebagai pelajaran dan penerangan. "Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang jelas." (QS. 36/Ya Sin: 69)
4. sebagai pembimbing yang lurus. "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok, sebagai bimbingan yang lurus." (QS. 18/ Al-Kahfi: 1-2) Yang dimaksud "Dia tidak menjadikannya bengkok" adalah tidak ada dalam Al-Qur'an makna yang berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.
5. sebagai pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. "Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (QS. 45/Al- Jatsiyah: 20)
6. sebagai peringatan. "Al-Qur'an itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam" (QS. 68/Al-Qolam: 52)
7. sebagai petunjuk dan kabar gembira. "Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (QS. 16/An-Nahl: 89)
8. sebagai obat penyakit jiwa. "Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman". (QS. 10/Yunus: 57)
Fungsi lain Al-Qur'an yang tidak kalah
penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., dan bukti bahwa semua
ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang
terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Qur'an itu sendiri, yakni:
# Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna;
# Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya; Kebenaran berita-berita gaibnya; dan
# Isyarat-isyarat ilmiahnya.
1. Isi/kandungan Al-Quran
Isi Al-Qur'an mencakup dan menyempurnakan pokok-pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur). Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Qur'an mengandung tiga pokok ajaran: a) keimanan; b) akhlak dan budi pekerti; dan c) aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia. Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Qur'an berisi dua peraturan pokok: a) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan b) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya.
Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur'an ini diakui juga oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) ini mengatakan. "Al-Qur'an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur'an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.
"Karena itu amat besar perbedaan Al-Qur'an dengan Bibel. Bibel tidak mengandung aturan-aturan yang bertalian dengan keduniaan. Yang terdapat di dalamnya hanyalah cerita-cerita untuk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al-Qur'an, karena Al-Qur'an itu tidak hanya menerangkan sesuatu yang bertalian dengan amalan keagamaan, tetapi juga mengupas asas politik kenegaraan. Al-Qur'anlah yang menjadi sumber peraturan negara, sumber undang-undang dasar, memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan."
2. Keindahan Bahasa Dan Ketelitian Redaksi Al-Qur'an
Banyak pakar baik dari Arab sendiri maupun dari Barat yang mengakui keindahan bahasa Al-Qur'an.
Berikut kami kutipkan beberapa pendapat mereka:
a. George Sale yang merintis penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris menulis dalam kata pengantar terjemahannya, antara lain. "... Al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang indah dan paling tinggi yang tidak dapat ditiru oleh pena manusia. Oleh karena itu, Al-Qur'an mukjizat yang besar. Berbekal mukjizat Al-Qur'an Muhammad muncul menguatkan tugas sucinya.
Dengan mukjizat itu beliau menantang ribuan sastrawan Arab yang cakap untuk menciptakan satu ayat saja yang dapat dibandingkan dengan gaya Al-Qur'an. Pada bagian lain kata pengantarnya, ia menulis. "Sangat luar biasa dampak kekuatan kata-kata (Al-Qur'an) yang dipilih dengan baik dan ditempatkan dengan seninya, yang dapat menumbuhkan gairah dan rasa kagum orang yang membacanya."
b. Musthofa Shodiq Ar-Rofi'ie, seorang sastrawan Arab yang masyhur mengakui, antara lain. "Tuhan menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa ini (Arab) dengan susunan tersendiri, membuat orang tidak berdaya menirunya, baik susunan (ayat-ayatnya) yang pendek maupun yang panjang. ...Karena dia adalah pembersihan bahasa dari kekotorannya."
c. Dr. Thoha Husein, sarjana Mesir yang sangat terkenal di dunia Barat mengakui. "Kata-kata terbagi tiga, yakni puisi, prosa, dan Qur'an. Akan tetapi Qur'an memiliki gaya tersendiri, bukan puisi dan bukan prosa. Qur'an adalah Qur'an. Ia tidak tunduk pada aturan prosa dan puisi. Ia memiliki irama sendiri yang dapat dirasakan pada susunan lafalnya dan urutan ayatnya."
Tentu saja hanya orang yang memahami bahasa Arab yang dapat merasakan keindahan bahasa Al-Qur'an. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur'an, bahwa tidak mudah untuk mengetahui keindahan bahasa Al-Qur'an khususnya bagi kita yang tidak memahami dan tidak memiliki "rasa bahasa" Arab. Sebab keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar. Namun demikian, menurut M. Quraish Shihab ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Qur'an yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.
"Seperti diketahui, seringkali Al-Qur'an "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian setelah Al-Qur'an rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisa serta perhitungan terhadap redaksi-redaksinya, ditemukan hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan antara keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
Untuk membuktikan adanya keseimbangan kata yang digunakan dalam Al-Qur'an, Dr. M. Quraish
Shihab mengambil contoh dari Al-I' jaz Al-Adabiy li Al-Qur'an Al-Karim karya Abdurrozaq Nawfal.
Beberapa di antaranya, adalah:
a. Keseimbangan kata yang bertolak belakang.
- Kata al-hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing disebut 145 kali.
- Kata al-naf' (manfaat) dan al-madhorroh (mudarat), masing-masing disebut 50 kali.
- Kata al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing disebut 4 kali.
- Kata as-sholihat (kebajikan) dan al-sayyi'at (keburukan), masing-masing disebut 167 kali.
- Kata al-Thuma'ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq(kesempitan/kekesalan), masing-masing disebut 13 kali.
- Kata ar-rohbah (cemas/takut) dan al-roghbah (harap/ingin), masing-masing disebut 8 kali.
- Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definitif, masing-masing disebut 17 kali.
- Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk Indifinitif, masing-masing disebut 8 kali.
- Kata al-shoyf (musim panas) dan al-syita' (musim dingin) masing-masing disebut 1 kali.
b. Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya (dua kata yang artinya sama).
-Al-harts dan al-Ziro'ah (membajak/bertani), masing-masing disebut 14 kali
-Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing disebut 27 kali
-Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing disebut 49 kali.
-Al-jahr dan al-'alaniyah (nyata), masing-masing disebut 16 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.
- Al-infak (infak) dengan al-ridho (kerelaan), masing-masing disebut 73 kali
-Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasanah (penyesalan), masing-masing disebut 12 kali
-Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahroq (neraka / pembakaran), masing-masing 154 kali
-Al-Zakah (zakat/penyucian) dengan al-barokat (kebajikan yang banyak), masing-masing disebut 32 kali.
- Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghodb (murka), masing-masing disebut 26 kali
d. Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya.
- Kata al-isrof (pemborosan) dengan al-sur'ah (ketergesagesaan), masing-masing disebut 23 kali
- Kata al-maw'izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing disebut 25 kali
- Kata al-asro (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing disebut 6 kali
- Kata al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali
e. Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.
1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-Qur'an menjelaskan bahwa langit ada "tujuh".
3) Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rosul (rosul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rosul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.
3. Kebenaran berita-berita gaibnya, salah satunya tentang Fir'aun.
Dalam Surat Yunus dikisahkan tentang Fir'aun yang tenggelam di laut merah sewaktu mengejar-ngejar Nabi Musa as. Ditegaskan pula bahwa "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu (Fir'aun), agar engkau menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (QS. 10/Yunus: 92) Yang diselamatkan Allah SWT adalah tubuh kasar Fir'aun yang memimpin pengejaran terhadap Nabi Musa as.
Firman Allah SWT benar adanya. Ahli purbakala, Loret pada tahun 1896 menemukan satu mumi di lembah raja-raja Luxor Mesir, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. Tubuh Fir'aun itu dibalsem dan tetap dalam keadaan utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di Museum Kairo. Siapa pun yang berkunjung ke sana dapat menyaksikannya.
4. Isyarat-isyarat ilmiahnya.
Dalam Al-Qur'an banyak isyarat-isyarat ilmiah. Diuraikan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya "Membumikan" Al-Qur'an bahwa banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur'an. Misalnya diisyaratkan bahwa "Sinar matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dan cahaya matahari)" (perhatiakan QS. 10/Yunus: 5). Atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanyalah bagaikan "lading" (QS. 2/Al-Baqoroh: 223), dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia, kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya, kalau bukan dari Dia, Allah SWT. Tuhan yang Maha Mengetahui.
# Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna;
# Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya; Kebenaran berita-berita gaibnya; dan
# Isyarat-isyarat ilmiahnya.
1. Isi/kandungan Al-Quran
Isi Al-Qur'an mencakup dan menyempurnakan pokok-pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur). Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Qur'an mengandung tiga pokok ajaran: a) keimanan; b) akhlak dan budi pekerti; dan c) aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia. Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Qur'an berisi dua peraturan pokok: a) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan b) peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya.
Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur'an ini diakui juga oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) ini mengatakan. "Al-Qur'an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur'an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.
"Karena itu amat besar perbedaan Al-Qur'an dengan Bibel. Bibel tidak mengandung aturan-aturan yang bertalian dengan keduniaan. Yang terdapat di dalamnya hanyalah cerita-cerita untuk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al-Qur'an, karena Al-Qur'an itu tidak hanya menerangkan sesuatu yang bertalian dengan amalan keagamaan, tetapi juga mengupas asas politik kenegaraan. Al-Qur'anlah yang menjadi sumber peraturan negara, sumber undang-undang dasar, memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan."
2. Keindahan Bahasa Dan Ketelitian Redaksi Al-Qur'an
Banyak pakar baik dari Arab sendiri maupun dari Barat yang mengakui keindahan bahasa Al-Qur'an.
Berikut kami kutipkan beberapa pendapat mereka:
a. George Sale yang merintis penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris menulis dalam kata pengantar terjemahannya, antara lain. "... Al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang indah dan paling tinggi yang tidak dapat ditiru oleh pena manusia. Oleh karena itu, Al-Qur'an mukjizat yang besar. Berbekal mukjizat Al-Qur'an Muhammad muncul menguatkan tugas sucinya.
Dengan mukjizat itu beliau menantang ribuan sastrawan Arab yang cakap untuk menciptakan satu ayat saja yang dapat dibandingkan dengan gaya Al-Qur'an. Pada bagian lain kata pengantarnya, ia menulis. "Sangat luar biasa dampak kekuatan kata-kata (Al-Qur'an) yang dipilih dengan baik dan ditempatkan dengan seninya, yang dapat menumbuhkan gairah dan rasa kagum orang yang membacanya."
b. Musthofa Shodiq Ar-Rofi'ie, seorang sastrawan Arab yang masyhur mengakui, antara lain. "Tuhan menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa ini (Arab) dengan susunan tersendiri, membuat orang tidak berdaya menirunya, baik susunan (ayat-ayatnya) yang pendek maupun yang panjang. ...Karena dia adalah pembersihan bahasa dari kekotorannya."
c. Dr. Thoha Husein, sarjana Mesir yang sangat terkenal di dunia Barat mengakui. "Kata-kata terbagi tiga, yakni puisi, prosa, dan Qur'an. Akan tetapi Qur'an memiliki gaya tersendiri, bukan puisi dan bukan prosa. Qur'an adalah Qur'an. Ia tidak tunduk pada aturan prosa dan puisi. Ia memiliki irama sendiri yang dapat dirasakan pada susunan lafalnya dan urutan ayatnya."
Tentu saja hanya orang yang memahami bahasa Arab yang dapat merasakan keindahan bahasa Al-Qur'an. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur'an, bahwa tidak mudah untuk mengetahui keindahan bahasa Al-Qur'an khususnya bagi kita yang tidak memahami dan tidak memiliki "rasa bahasa" Arab. Sebab keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar. Namun demikian, menurut M. Quraish Shihab ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Qur'an yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.
"Seperti diketahui, seringkali Al-Qur'an "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian setelah Al-Qur'an rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisa serta perhitungan terhadap redaksi-redaksinya, ditemukan hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan antara keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
Untuk membuktikan adanya keseimbangan kata yang digunakan dalam Al-Qur'an, Dr. M. Quraish
Shihab mengambil contoh dari Al-I' jaz Al-Adabiy li Al-Qur'an Al-Karim karya Abdurrozaq Nawfal.
Beberapa di antaranya, adalah:
a. Keseimbangan kata yang bertolak belakang.
- Kata al-hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing disebut 145 kali.
- Kata al-naf' (manfaat) dan al-madhorroh (mudarat), masing-masing disebut 50 kali.
- Kata al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing disebut 4 kali.
- Kata as-sholihat (kebajikan) dan al-sayyi'at (keburukan), masing-masing disebut 167 kali.
- Kata al-Thuma'ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq(kesempitan/kekesalan), masing-masing disebut 13 kali.
- Kata ar-rohbah (cemas/takut) dan al-roghbah (harap/ingin), masing-masing disebut 8 kali.
- Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definitif, masing-masing disebut 17 kali.
- Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk Indifinitif, masing-masing disebut 8 kali.
- Kata al-shoyf (musim panas) dan al-syita' (musim dingin) masing-masing disebut 1 kali.
b. Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya (dua kata yang artinya sama).
-Al-harts dan al-Ziro'ah (membajak/bertani), masing-masing disebut 14 kali
-Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing disebut 27 kali
-Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing disebut 49 kali.
-Al-jahr dan al-'alaniyah (nyata), masing-masing disebut 16 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.
- Al-infak (infak) dengan al-ridho (kerelaan), masing-masing disebut 73 kali
-Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasanah (penyesalan), masing-masing disebut 12 kali
-Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahroq (neraka / pembakaran), masing-masing 154 kali
-Al-Zakah (zakat/penyucian) dengan al-barokat (kebajikan yang banyak), masing-masing disebut 32 kali.
- Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghodb (murka), masing-masing disebut 26 kali
d. Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya.
- Kata al-isrof (pemborosan) dengan al-sur'ah (ketergesagesaan), masing-masing disebut 23 kali
- Kata al-maw'izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing disebut 25 kali
- Kata al-asro (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing disebut 6 kali
- Kata al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali
e. Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.
1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-Qur'an menjelaskan bahwa langit ada "tujuh".
3) Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rosul (rosul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rosul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.
3. Kebenaran berita-berita gaibnya, salah satunya tentang Fir'aun.
Dalam Surat Yunus dikisahkan tentang Fir'aun yang tenggelam di laut merah sewaktu mengejar-ngejar Nabi Musa as. Ditegaskan pula bahwa "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu (Fir'aun), agar engkau menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (QS. 10/Yunus: 92) Yang diselamatkan Allah SWT adalah tubuh kasar Fir'aun yang memimpin pengejaran terhadap Nabi Musa as.
Firman Allah SWT benar adanya. Ahli purbakala, Loret pada tahun 1896 menemukan satu mumi di lembah raja-raja Luxor Mesir, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. Tubuh Fir'aun itu dibalsem dan tetap dalam keadaan utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di Museum Kairo. Siapa pun yang berkunjung ke sana dapat menyaksikannya.
4. Isyarat-isyarat ilmiahnya.
Dalam Al-Qur'an banyak isyarat-isyarat ilmiah. Diuraikan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya "Membumikan" Al-Qur'an bahwa banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur'an. Misalnya diisyaratkan bahwa "Sinar matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dan cahaya matahari)" (perhatiakan QS. 10/Yunus: 5). Atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanyalah bagaikan "lading" (QS. 2/Al-Baqoroh: 223), dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia, kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya, kalau bukan dari Dia, Allah SWT. Tuhan yang Maha Mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar